Sabtu, 05 Juli 2008

Gunung Kelima

Paulo Coelho (The fifth mountain)
Buku ini diawali dengan catatan penulis yang memberikan latarbelakang perenungannya ketika menuliskan buku ini. Suatu petikan pengalaman yang mungkin pula kita alami, tertuang dalam pertanyaan Coelho ini :
" Setiap kali saya menganggap diri saya berhasil menguasai suatu situasi sepenuhnya, ada saja yang terjadi dan membuat saya terpuruk. Maka sayapun bertanya-tanya sendiri: Mengapa ? Mungkinkah saya ditakdirkan untuk selalu nyaris mencapai garis finis, tanpa pernah benar-benar melewatinya ?"

Gunung Kelima mengisahkan riwayat Elia ketika melarikan diri dari kejaran Izebel berdasarkan perenungan Coelho. Anda jangan bertanya ketika membacanya, kenapa saya tidak mendapatkan cerita ini di Sekolah minggu dulu ? Karena apa yang anda dapatkan di sekolah minggu dulu hanya menjadi latar belakang saja dari tulisan Coelho ini. Coelho akan menuntut kita untuk menemukan jawab dari pertanyaannya di atas. Melalui permasalahan yang dihadapi Elia dalam kehidupannya ketika menumpang di rumah Janda dari Sarfat. Coelho menuangkan inti dari perenungannya dalam percakapan antara Elia dengan Malaikat, ketika Elia sedang kebingungan berikut ini:

" Kenapa Dia yang menciptakan dunia memilih menggunakan tragedi untuk menuliskan buku takdir-Nya ? Seruan Elia bergema diseluruh lembah dan kembali lagi kepadanya. Engkau tidak tahu yang kau ucapkan. Sahut malaikat itu. Tidak ada tragedi, yang ada hanyalah yang tak terhindarkan: engkau tinggal memilah-milah mana yang sementara dan mana yang abadi.
" Manakah yang sementara ?" Tanya Elia
"Yang tak terhindarkan"
"Dan manakah yang abadi ?"
"Pelajaran-pelajaran yang dipetik dari yang tak terhindarkan itu"

Berapa sering garis finis yang nyaris anda capai, namun anda tak pernah benar-benar melewatinya ? Rasa sakit yang ditinggalkannya mengendap jauh dilubuk hati. Namun demikian satu-satunya solusi adalah melupakan masa lalu yang penuh keragu-raguan itu dan menciptakan sejarah baru untuk diri kita sendiri dengan tetap mengingat pada yang abadi itu. Dengan demikian kita akan kembali ke jalur legenda pribadi kita.

Lupakanlah yang sementara dan ingatlah yang abadi...

Tidak ada komentar: