Minggu, 01 Agustus 2010

Terperangkap dalam Jiwa anak-anak

Entah kenapa dalam tahun ini sudah dua kali aku terjebak dalam dua pertengkaran, yang aku anggap lucu. Kedua pertengkaran ini membuatku ingin menuliskannya dalam blog ini.

Pertengkaran I
Dalam pertengkaran I ini, karena sesuatu hal aku harus berhadapan dengan bapak dari orang yang seharusnya berkonfrontasi langsung denganku. Sebenarnya aku sudah berdamai dengan si anak, tetapi si bapak tak terima dan tetap ingin melanjutkan pertengkaran yang seharusnya terjadi antara aku dan si anak. Jika aku dan si anak berumur 5 tahun, hal ini bukan hal aneh bukan? Tetapi kami berdua anak tua, sudah berumur di atas 30 tahun :).

Hal yang menarik bagiku bukan masalah anak umur 30 tahun bertengkar yang maju bapaknya. Tetapi sikap si bapak yang menghadapiku karena dia adalah seorang anggota MARITIM(pensiunan) yang kuduga dia merasa perlu ditakuti dan disegani karena dia adalah mantan anggota maritim.

Pertengkaran II
Hal ini terpicu karena hal yang sangat sepele sekali. Rumah di sebelahku adalah rumah kosong. Sudah berkali-kali jika mereka bersih-bersih rumah, semua sampahnya dibuang ke tempat sampah rumahku. Aku si pemilik tempat sampah itu. Aturan di perumahan kami, semua sampah akan diangkut kecuali sampah kebun. Si empunya rumah itu selalu membuat sampah kebunnya, dan akibatnya sampah itu akan teronggrok di tempatku beserta sampah-2 yang lain berhari-2, karena tukang sampah tak mau mengambilnya.

Hari itu, setelah kesekain kalinya, datanglah aku ke rumah itu ketika dibersihkan dan tong sampahku telah dipenuhi oleh sampah mereka. Beginilah kalimat yang kuucapkan dengan nada biasa...datar, tidak membentak, tidak ada aksen apapun... Pak, jika membuang sampah jangan di tempat saya... kalimat itu belum selesai... si empunya rumah marah besar.... mengatai-2 aku kasar tidak tahu aturan dan lain... seorang kawannya lagi datang, dan bahkan ingin menamparku. Sangat arogan...

Hal yang menarik buatku adalah kalimat yang ia ucapkan "Saya ini adalah ORANG PEMERINTAHAN, jika ngomong dengan saya yang sopan...saya bisa mendatangkan orang 2 truk untuk ke sini..."

Dua hal di atas, MARITIM dan ORANG PEMERINTAHAN, membawaku kepada sebuah kesimpulan....dua orang ini adalah dua orang yang terperangkap dalam jiwa anak-anak. Jiwa yang mencari perlindungan dari baju yang dipakainya, dari pangkat dan kedudukkannya. Bukankah jika seorang sudah berada di rumah dia adalah seorang "bapak", seorang "tetangga" dan bukan seorang BOS di perusahaannnya. Kenapa dia tidak berani berdiri sebagai dirinya sendiri? Kenapa harus berlindung dengan jabatan, masa lalu dan kepangkatan yang sudah usang?

Dalam hatiku, tentu aku sedih. Aku bukan sedih karena aku didamprat untuk suatu kesalahan yang tak aku lakukan. Aku sedih, karena aku melihat sebuah paradox menyakitkan dari negeri ini. Orang yang mengaku dirinya adalah orang pemerintahan, bagaimana dia bisa mendapatkan gaji jika kami tidak membayar pajak. Setiap bulan gaji kami dipotong, rupiah demi rupiah...agar dia bisa menjadi orang pemerintahan, menikmati semua fasilitas negara. Seharusnya kami adalah BOS dan dia adalah PELAYAN kami karena mereka menikmati keringat kami.

Dua orang tua terperangkap dalam jiwa anak-anak, tak menyadari bahwa pangkat dan jabatan adalah pakaian. Suatu hari pakaian itu akan usang, dibuang dan digantikan dengan pakaian yang baru. Ketika itu terjadi engkau akan telanjang dan tak memiliki jati dirimu sendiri. The inner of you...berdiri dengan dirimu sendiri....ketika itu terjadi, aku yakin kau akan merasakan rasa sakit karena engkau lupa untuk menyulam pakaianmu sendiri, menyulam dirimu sendiri.

Di hari itu aku sakit hati, namun di hari itu juga aku menemukan sesuatu bahwa aku berdiri dengan pakaianku sendiri. Aku bangga, walaupun pakaian yang aku gunakan masih compang-camping, suatu hari nanti aku akan berpakaian dengan kearifan, dan engkau akan perpakaian kenelangsaan...

Selasa, 09 Maret 2010

Kodok, Anjing dan Monyet

Kodok (Paulo Coelho: The Winner Stands Alone)

Berbagai studi biologi menunjukkan bahwa jika seekor kodok ditaruh dalam panci berisi air dari kolam temap tingalnya, kodok itu akan tetap dalam panci, tanpa bergerak, sementara airnya pelan-pelan dipanaskan. Kodok itu tidak bereaksi terhadap meningkatnya suhu dalam panci serta perubahan di sekelilingnya. Lalu saat airnya mendidih, kodok itu pun mati, dalam keadaan gendut dan bahagia.

Tapi seandainya kodok tersebut dimasukkan ke dalam sepanci air yang sudah mendidih, kodok itu akan langsung melompat keluar dengan kulit terkelupas, tapi tetap hidup!

Aku seperti kodok yang direbus tadi. Aku tidak menyadari perubahannya. Kukira semua baik-baik saja, keadaan buruk pasti berlalu, tinggal menunggu waktu. Aku siap mati karena telah kehilangan hal terpenting dalam hidupku, tapi bukannya bereaksi, aku malah duduk berendam dengan apatis dalam air yang lama-lama makin panas.

Beberapa kodok yang direbus beranggapan bahwa yang terpenting adalah sikap patuh, bukan kemampuan: siapa pun yang mampu, pasti jadi pemimpin, sementara yang memiliki akal sehat akan patuh. Jadi apa arti semua ini? Lebih baik berhasil melewati sebuah situasi yang sulit sedikit terkelupas, tapi masih hidup dan siap beraksi.


Anjing dan Monyet (Malcom Gladwell: What the dog saw)

Segala yang kita tahu tentang anjing memberi kesan bahwa, khas pada anjing di antara semua hewan lain, anjing adalah pemerhati gerak-gerik manusia.

Ahli antropologi Brian Hare telah melakukan percobaan-percobaan dengan anjing, misalnya menaruh sepotong makanan di bawah satu dari dua cangkir yang diletakkan terpisah sejauh beberapa puluh sentimeter. Anjing tahu bahwa ada makanan yang bisa didapat, tapi tidak tahu cangkir mana yang menutupinya. Lalu Hare menunjuk cangkir yang benar, mengetuk cangkir itu, memandang cangkir itu. Apa yang terjadi? Si anjing selalu memilih cangkir yang benar. Tapi ketika Hare melakukan percobaan yang sama dengan simpanse -hewan yang 98,6 persen gennya sama dengan kita - simpanse tak bisa memilih yang benar. Anjing akan memandangi Anda untuk minta bantuan, sementara simpanse tidak.

Primata sangat jago dalam memanfaatkan petunjuk dari spesies yang sama, Hare menjelaskan. Tapi mereka tidak mahir menangkap petunjuk dari manusia kalau diajak kerjasama. Mereka tidak mengerti. Tapi keistimewaan anjing adalah karena anjing memperhatikan manusia ketika manusia melakukan sesuatu yang sangat manusiawi seperti berbagi informasi tentang sesuatu yang diinginkan pihak lain. Anjing lebih pintar daripada simpanse, anjing punya sikap yang berbeda terhadap manusia. Anjing benar-benar tertarik pada manusia. Tertarik sampai ke tingkat terobsesi. Bagi anjing, anda seperti bola tenis raksasa yang bisa berjalan.